Soal HOTS Ditambah pada Ujian Nasional Tahun 2020

SISWA SMK 3 Jalan Solontongan Bandung menjalani Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), 27 Maret 2019.* / ADE BAYU INDRA/ PIKIRAN RAKYAT Jumlah soal yang berjenis higher order thinking skills (HOTS) akan ditambah dalam ujian nasional (UN) tahun depan. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu UN yang ditargetkan 100% berbasis komputer pada tahun depan.
Dari tahun ke tahun, pemerintah selalu meningkatkan aspek kualitas soal. Untuk UNBK tahun depan akan lebih didominasi jenis soal HOTS. Jadi overall kualitasnya kami coba tingkatkan dari tahun ke tahun,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno, di kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu, 8 Mei 2019.
Ia mengatakan, penambahan jumlah soal HOTS mempertimbangkan hasil dari evaluasi tahun ini yang mengalami peningkatan. Menurut dia, nilai hasil UN akan dianalisis untuk mendiagnosa topik-topik yang harus diperbaiki di setiap sekolah untuk setiap mata pelajaran. Hasil analisis tersebut akan didistribusikan ke semua dinas pendidikan untuk ditindaklanjuti dengan program peningkatan mutu pembelajaran.
Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Bambang Suryadi, menambahkan, selain menambah soal HOTS, pelaksanaan UN mendatang juga akan lebih efektif dan efisien dari sisi waktu, energi, pikiran, dan biaya. Pasalnya, UN akan diselengarakan 100% berbasis komputer.
Menurut dia, BSNP sudah mengkaji bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara integritas pelaksanaan UNBK dan kualitas pembelajaran. Menambah jumlah soal jenis HOTS diharapkan dapat meningkatkan capaian akademik serta integritas siswa dan sekolah. “Integritas ini sejalan dengan capaian akademik,” kata Bambang.

SEJUMLAH siswa menunggu sistem jaringan membaik saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun 2019.*/ANTARA
Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Sri Renani Pantjastuti, mengatakan, hasil analisis UN menjadi salah satu landasan untuk peningkatan kompetensi pembelajaran. Ditjen GTK sudah menyiapkan banyak modul pembelajaran untuk diterapkan tahun depan.
“Tinggal dipilih saja sesuai dengan yang masih lemah atau kurang untuk dibahas bersama-sama di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) masing-masing,” ucap Sri.

Siswa ekonomi lemah lebih memiliki daya juang

Totok menuturkan, hasil angket UN tahun ini menunjukan sebanyak 19% responden yang memiliki capaian UN tinggi merupakan siswa dari latar belakang keluarga dengan ekonomi lemah. Ia menyebut, siswa tersebut memiliki daya juang tinggi.
"Anak-anak yang dalam kehidupan sehari-hari serba kekurangan, setelah kita cek, ternyata nilai mereka tinggi. Belajar dalam kondisi kekurangan ternyata bisa berprestasi baik. Ini luar biasa. Anak dengan resilience atau ketahanmalangan," kata Totok.

Bupati Garut Rudy Gunawan meninjau lokasi rakit yang sering digunakan para siswa menyebrangi Sungai Cimanuk untuk menuju ke sekolahnya, Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi.*/AEP HENDY/KP
Ia menyatakan, angket diisi oleh 50 peserta di setiap sekolah pelaksana UNBK usai mengerjakan soal. Angket ini bertujuan untuk menggali informasi non-kognitif agar diperoleh analisis menyeluruh mengenai faktor-faktor yang memengaruhi capaian siswa. Pertanyaan di dalam angket terkait indikator sosial-ekonomi seperti pekerjaan dan pendidikan orangtua serta kepemilikan barang.
Selain itu, digali juga persepsi siswa dalam mengenali bakat dan keunggulan diri, serta cita-cita siswa. "Persoalan ketahanmalangan ini bisa menjadi kriteria karakter anak Indonesia yang perlu ditumbuhkan," ujarnya.<

No comments:

Post a Comment